Rabu, 14 April 2010

Ketika kita masih bayi kita memiliki tangan yang mungil, kaki yang mungil dan semuanya serba mungil. Perlahan, ketika kita tumbuh dewasa semuanya membesar termasuk tulang kita.
Ketika kita masih bayi kita memiliki sekitar 300 tulang. Namun ketika kita beranjak dewasa beberapa dari tulang-tulang ini ada yang melebur hingga akhirnya menjadi 206 tulang. Dari 206 tulang ini terdapat beberapa jenis tulang. Jenis-jenis tulang ini ada yang dibedakan berdasarkan matriksnya dan ada yang berdasarkan jaringan dan sifat fisik (keras tidaknya) tulang. Untuk mengetahui lebih lanjut pelajari jenis-jenis tulang di bawah ini.

1. Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu condroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.
Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna yang berisi sel tulang rawan yaitu chondrosit.

Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:
a.1. Tulang rawan hialin; tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan rangka janin.

hyaline_cart.jpg

Gambar stuktur tulang rawan hialin

a.2. Tulang rawan elastis; tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada telinga) dan laring.

bone14.gif

Gambar struktur tulang rawan elastis

a.3.Tulang rawan fibrosa; tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku. Tulang ini dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang pubis.

fic22he.jpg

Gambar struktur tulang rawan elastis

Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan anak-anak. Pada orang dewasa tulang rawan hanya ditemukan beberapa tempat, yaitu cuping hidung, cuping telinga, antar tulang rusuk (costal cartilage) dan tulang dada, sendi-sendi tulang, antarruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.

thoarcic_cage.jpg

Salah satu contoh tulang rawan pada tulang rusuk

2). Tulang Keras (Osteon)
Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang berfungsi menyusun berbagai sistem rangka. Tulang tersusun atas:
(a). Osteoblas: sel pembentuk jaringan tulang
(b). Osteosit: sel-sel tulang dewasa
(c). Osteoklas : sel-sel penghancur tulang

14-compact-bone-osteons.jpg

Foto struktur bagian dalam tulang

b.Berdasarkan matriksnya tulang dibedakan menjadi 2, yaitu:
1)Tulang Kompak
transverse_section_of_bone.pngTulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers (Canalis= saluran) yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf.
Disekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem Havers terdapat lamela interstitial yang lamella-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem Havers.
Pembuluh darah dari periostem menembus tulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran Havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem Havers.

ika anda pernah jalan-jalan ke museum pasti anda pernah melihat yang namanya tulang. Walaupun tulang yang berada pada museum tersebut kering dan keras tetapi tulang yang ada pada tubuh kita adalah berbeda. Tulang yang membentuk sistem rangka pada tubuh kita terdiri dari sel-sel yang hidup, tumbuh dan berubah seperti anggota tubuh kita yang lainnya. Tulang manusia ketika masih bayi terdiri dari 300 tulang sedangkan ketika dewasa tulang manusia hanya 206 tulang.

Tulang merupakan alat gerak yang memiliki peranan penting bagi manusia karena tulang-tulang pada manusia selain menyusun rangka, juga memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah:

1. Memberi bentuk tubuh
2. Melindungi alat tubuh yang vital
3. Menahan dan menegakkan tubuh
4. Tempat melekatnya otot rangka (skelet)
5. Sumsum merah tulang membentuk sel-sel darah
6. Sebagai cadangan mineral terutama Calsium dan Fosfat
7. Tempat menyimpan energi, yaitu simpanan lemak yang ada di sumsum kuning

DAMPAK RADIOLOGI

DAMPAK RADIOLOGI



TATA KERJA



Kajian dampak radiologi untuk paparan kronik dan akut dilakukan untuk keadaan instalasi nuklir berturutan dalam operasi normal dan kecelakaan. Pada kajian paparan kronik digunakan source term disain masing-masing instalasi hingga diperoleh prakiraan dosis efektif tahunan terkini. Dosis ini berlaku untuk individu dan kolektif di lepas kawasan pada radius 5 km dari tapak reaktor. Sedangkan pada kajian paparan akut diberikan time-integrated concentration (TIC) yang dinormalkan terhadap aktivitas dan kecepatan angin. TIC ini di untuk berbagai jarak dan kelabilan sehingga dapat digunakan untuk memprakirakan penerimaan dosis dengan memasukkan data kondisi sebenarnya pada saat kejadian, termasuk penggunaan faktor konversi dosis yang diberikan pada lampiran.



5.1 Kajian Operasi Normal Instalasi Nuklir
Empat instalasi nulir yang dikaji terdiri atas Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS), Instalasi Radiometalurgi (IRM), Instalasi Produksi Radioisotop Batan Teknologi (Bantek) dan Instalasi Radioisotop dan Radiofarmaka (IRR). Kajian memperhitungkan lepasan operasi normal yang kontinu sejak instalasi berdiri (1987, disesuaikan dengan usia reaktor) hingga dampaknya pada tahun ini (2007). Kisi polar digunakan dengan pusat kisi diupayakan berjarak sama (titik tengah) ke masing-masing instalasi nuklir yang akan dihitung dampak dosisnya ke lingkungan.
Sumber lepasan operasi normal berupa source term hasil disain yang tersedia dari Laporan Analisis Keselamatan masing-masing instalasi. Data source term berupa aktivitas tahunan semua radionuklida yang keluar dari cerobong instalasi. Dimensi cerobong, kecepatan alir lepasan, dan suhu keluar cerobong dan ambien digunakan dalam menghitung tinggi efektif lepasan. Dispersi atmosferik juga membedakan jenis lepasan gas serta ukuran partikel.
Dalam model plume kronik, dosis efektif individu dan kolektif dihitung untuk 16 arah mata angin dan 10 jarak dalam radius 5 km dari tapak. Data distribusi frekuensi gabungan (joint frequency distribution, JFD) untuk arah angin, kecepatan angin dan kelabilan udara dibuat untuk kurun waktu 2004-2005. Koreksi suhu maksimum dan minimum serta curah hujan juga dimasukkan dalam model ini.
Pada modul jalur paparan kronik dilakukan pengisian data terkait injesi makanan darat, dan injesi produk hewan. Sebagian besar data diperoleh dari survei lapangan BPS untuk kegiatan pemutakhiran ini dan sebagian lainnya dari kegiatan BATAN sebelumnya seperti data karakteristik tanah kawasan nuklir.
Data intake kerbau dan kambing diperoleh dari BPS melalui wawancara langsung dengan peternak. Peternakan ayam buras dan ayam petelur tidak mengkonsumsi produk lokal, hanya ayam kampung mengkonsumsi produk lokal dan diperkirakan 20% dari total intake unggas. Survei juga mengamati masa pertumbuhan hewan dan tumbuhan yang terentang dari 14 hari (rerumputan) hingga 154 hari (dedak), termasuk yield pakan ternak per satuan luasan.
Konsumsi pangan penduduk dalam kajian meliputi produk hewan (daging kambing, sapi, unggas, dan telur) dan produk tumbuhan (sayuran biasa dan berdaun dan buah-buahan). Laju konsumsi tiap jenis makanan pada beberapa desa dirata-ratakan. Walaupun tidak semua makanan yang dikonsumsi merupakan produk lokal, secara konservatif padi, sayuran dan buah-buahan diasumsikan semuanya diproduksi secara lokal. Hasil juga menunjukkan tidak ada susu sapi yang diproduksi dan dikonsumsi secara lokal.
Pada perhitungan ini masa paparan ditetapkan selama satu tahun yakni dimulai 19 tahun setelah keempat instalasi nuklir beroperasi normal. Dalam hal ini diperhitungkan akumulasi tahunan deposisi udara ke tanah sehingga meningkatkan paparan eksterna dari jalur kontaminasi tanah; walaupun pengurangan (losses) radionuklida karena leaching, cuaca, panen dan peluruhan radioaktif di permukaan tanah ikut dievaluasi.
Dalam memperkirakan intake atau paparan radionuklida digunakan parameter yang terkait dengan kelompok umur. Sebagai penyederhanaan digunakan satu kelompok umur dari 0 hingga 70 tahun. Selanjutnya ditetapkan waktu paparan untuk berbagai jalur paparan internal dan eksternal.
Dalam perhitungan dosis dipilih model perhitungan dosimetri dari ICRP 60 yang faktor konversi dosis untuk berbagai jalur paparan radionuklidanya telah dihitung dalam Federal Guidance Report 13.
Data terakhir yang dimasukkan dalam Report Generator adalah data distribusi penduduk dalam radius 5 km dari tapak pelepasan yang dibagi atas 16 sektor dalam kisi 1, 2, 3, 4 dan 5 km. Setelah semua parameter input telah dipenuhi, dan program dijalankan maka bila tidak ada kesalahan dalam inputan Report Generator akan menghasilkan outputkajian berupa dosis efektif individu dan kolektif tahunan penduduk pada radius 5 km dari tapak.



5.2 Kajian Kecelakaan Instalasi Nuklir
Pada kajian diberikan pedoman mengestimasi dosis pada pekerja kedaruratan dan/atau penduduk terutama untuk pengambilan keputusan tindakan protektif tertentu yang sesuai. Time-integrated concentration (TIC) udara dan deposisi permukaan tanah dihitung untuk masing-masing digunakan dalam estimasi dosis paparan eksternal submersi dan inhalasi, dan paparan eksterna permukaan tanah.
Hotspot digunakan untuk perhitungan TIC dan deposisi permukaan tanah. Tinggi efektif cerobong 60 m digunakan dengan pertimbangan merupakan mayoritas tinggi cerobong di tapak terutama RSG. Harga aktivitas radionuklida dan kecepatan angin dinormalkan. Perhitungan dilakukan untuk berbagai jarak hingga 5 km dari tapak dan untuk kelabilan udara A hingga F. Faktor konversi dosis terkait jalur paparan didasarkan pada rekomendasi ICRP Publikasi 60, 66 dan 70 dan hasil perhitungannya untuk tiap radionuklida diberikan dalam suplemen Federal Guidance Report 13 . Hanya radionuklida relevan dengan lepasan instalasi nuklir Serpong dikutip.
Input data yang diperlukan untuk kondisi spesifik pada saat kedaruratan dalam estimasi dosis meliputi:

* Aktivitas tiap radionuklida
* Kecepatan angin permukaan (ketinggian 10 m)
* Kelabilan atmosfer, dan
* Lamanya paparan (untuk paparan eksternal dari permukaan tanah).



HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil kajian prakiraan penerimaan dosis efektif akibat lepasan atmosferik keempat instalasi nuklir Serpong dibedakan atas lepasan kronik pada operasi normal dan lepasan akut dari kecelakaan atau lepasan abnormal. Hasil ini diperoleh dari masukan data source term tiap instalasi terkait, dari pemutakhiran data lingkungan Kawasan Nuklir Serpong (KNS) maupun dari data sekunder lainnya serta judgement atas nilai-nilai penunjang yang tersedia. Data masukan ini diolah oleh paket program GENII V-2 dan Hotspot untuk masing-masing perhitungan paparan kronik dan akut.



6.1 Operasi normal
Output GENII V-2 dibagi atas dosis individu dan dosis kolektif yang dilengkapi dengan analisis komponen yang andil dalam penerimaan dosis.

6.1.1 Dosis efektif Individu
Hasil prakiraan dosis efektif berdasarkan distribusinya terhadap jarak dan arah mata angin terhadap tapak, andil radionuklida, dan jalur paparannya berturut-turut ditunjukkan pada Gambar 6.1, Gambar 6.2 dan Tabel .
Gambar 6.1 menunjukkan adanya kecenderungan penerimaan dosis yang tinggi dibandingkan arah sektor lainnya. Puncak terjadi pada kisaran arah 157.5° - 225° (selatan hingga barat daya) dengan jarak 300 - 400 m dari tapak. Dosis efektif maksimum 98 µSv terjadi pada arah Selatan pada jarak 300 m. Kecenderungan ini sesuai dengan tingginya frekuensi angin kecepatan dengan kecepatan di bawah 5 m/det yang datang dari utara.
Gambar 6.2 menggambarkan andil 10 radionuklida terbesar tiap instalasi terhadap dosis di lingkungan. Andil terbesar datang dari 131I diikuti 133I dan seterusnya terdiri atas gas mulia dan 90Sr. Pada gambar juga ditunjukkan dominasi lepasan atmoferik dari Instalasi Produksi Isotop di bawah BANTEK (99.5%) , diikuti RSG (0,4%), dibandingkan instalasi lainnya.
Sedangkan Tabel memperlihatkan distribusi dosis individu dari jalur paparan. Ketiga rute eksternal, inhalasi dan injesi kontribusinya berimbang. Dari rute eksternal jalur yang dominan adalah paparan eksternal dari permukaan tanah. Rute inhalasi terbagi diantara outdoor (69%) dan indoor (31%). Pada perhitungan diasumsikan kegiatan individu outdoor selama 8 jam per hari dan tidak ada shielding indoor (konservatif). Sedangkan pada rute injesi sayuran dedaunan seperti bayam andilnya terhadap dosis injesi adalah 70%. diikuti sebagai makanan utama (17%). Pada sayuran secara konservatif diasumsikan fraksi kontaminasi yang dipetik terhadap yang dikonsumsi adalah satu. Padahal bila sayuran tersebut dicuci dan/atau dimasak sebelum dimakan fraksi tersebut berlebihan.

Gambar 6.1. Estimasi distribusi dosis efektif individu dari lepasan atmosferik instalasi nuklir Serpong tahun kalender 2007.


Gambar 6.2. Andil radionuklida lepasan atmosferik keempat instalasi nuklir Serpong terhadap dosis maksimum individu.


Tabel 6.1
Persentase penerimaan dosis efektif individu berdasarkan jalur paparannya





6.1.2 Dosis efektif kolektif
Gambar 6. 3, Gambar 6.4 dan Gambar 6.5 berturut-turut menunjukkan distribusi penduduk pada radius 5 km dari tapak pada 16 arah mata angin dan hasil estimasi distribusi dosis kolektif pada berbagai arah dan jarak ini dalam kisi dan chart radar.
Dari Gambar 6. 3 terlihat penyebaran penduduk dengan kepadatan yang lebih besar di arah utara (Serpong dan Kademangan) dibandingkan wilayah Bogor di sebelah selatan. Wilayah utara ini juga memiliki sarana jalan raya yang lebih memadai. Walaupun distribusi dosis individu di daerah utara relatif rendah dibandingkan daerah selatan (Gambar 6.1), hal sebaliknya terjadi untuk dosis kolektif dengan man-Sv terbesar ada di desa Serpong di utara (Gambar 6.4 dan Gambar 6.5).



Gambar 6. 3. Distribusi penduduk pada radius 5 km dari tapak.



Gambar 6.4. Distribusi estimasi dosis kolektif (man-mSv) dalam radius 5 km dari tapak reaktor.



Gambar 6.5. Chart radar distribusi estimasi dosis kolektif lepas Kawasan Nuklir Serpong (KNS)



6.2 Kecelakaan

Output dari Hotspot untuk paparan akut lepasan atmosferik dalam kajian ini berupa kurva TIC (Bq-det/m3) dan konsentrasi deposisi (Bq/m2)permukaan tanah terhadap jarak pada 6 kelabilan atmosfer. Gambar 6 dan Gambar 7 merupakan hasil perhitungan TIC dan konsentrasi deposisi permukaan tanah.
Sesuai dengan kelabilan atmosfer, semakin stabil udara puncak kurva kedua gambar mengecil dan bergeser menjauh dari tapak. Hal ini menunjukkan pengenceran yang membesar terhadap kenaikan stabilitas. Ada pun keenam puncak tersebut berada pada jarak 250 m(A), 350 m(B), 700 m(C), 1000 m(D), 1800m (E), dan 4000 m (F).

Gambar 6. Time Integrated Air Concentration (TIC)



Gambar 7. Deposisi permukaan tanah





KESIMPULAN

Telah diperoleh prakiraan dosis efektif di lepas kawasan nuklir Serpong akibat lepasan atmosferik radionuklida dari operasi normal RSG, IPR BANTEK, IRM dan IRR. Kajian memperhitungkan deposisi udara ke permukaan tanah sejak awal instalasi dioperasikan 19 tahun yang lalu. Dari lepasan radionuklida gabungan keempat instalasi diperoleh dosis efektif maksimum individu tahunan di arah selatan pada jarak sekitar 300 m dari tapak instalasi sebesar 98 µSv yang masih jauh di bawah nilai batas dosis tahunan untuk anggota msyarakat.
Dari perhitungan lepasan puff Gaussian tipikal instalasi Serpong telah ditentukan TIC dan konsentrasi deposisi permukaan tanah dalam kurva terhadap jarak untuk 6 kelabilan atmosfer yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi dosis paparan inhalasi, submersi eksternal dan permukaan tanah eksternal melalui faktor konversi dosis yang sesuai. Penentuan TIC dan konsentrasi permukaan tanah memerlukan parameter input yang spesifik kondisi yang ada pada waktu kejadian seperti data meteorologi dan source term.
Ke depan kajian dampak radiologi lepasan radionuklida Kawasan Nuklir Serpong (KNS) ke atmosfer dilakukan rutin dengan data source term sesunguhnya masing-masing instalasi penimbul emisi. Hasil estimasi dosis lingkungan tahunan ini dalam akumulasi 5 tahun pertama digunakan untuk pemutakhiran data yang akan datang dan seterusnya. Selain itu data pengukuran langsung di lapangan terutama dalam insiden atau pelepasan melebihi kondisi operasi normal akan memberikan hasil perhitungan yang lebih akurat dibandingkan hasil pemantauan sumber di titik lepasan dan disertakan dalam evaluasi dosis tahunan.
Hasil kajian ini selanjutnya dapat dievaluasi lebih jauh untuk menentukan komponen media lingkungan yang kritis yang berguna untuk meningkatkan program pemantauan lingkungan yang lebih terarah dan efisien. Hasil evaluasi ini dipadukan dengan informasi pemutakhiran data lingkungan nuklir Serpong dari BPS dan BMG. Selain menunjang pemantauan lingkungan rutin, paduan informasi ini akan bermanfaat pada kesiapsiagaan kedaruratan nuklir dalam pengambilan tindakan protektif berdasarkan penilaian radiologi hasil pemantauan lingkungan kedaruratan dan analisis dosis yang lebih terarah dan akurat.
Untuk peningkatan prakiraan dampak radiologi instalasi nuklir Serpong selanjutnya, selain pengembangan lebih mendalam dari model yang digunakan, survei data lingkungan hendaknya lebih diarahkan ke pemenuhan parameter input dalam pengkajian dampak radiologi. Pengkajian juga hendaknya dikembangkan ke pelepasan efluen cair radioaktif ke badan air.

DENTAL RADIOGRAFI

DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik
1
BAB 1
DASAR-DASAR RADIOLOGI
1.1. SEJARAH
inar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang professor fisika
dari Universitas Wurzburg, Jerman. Saat itu ia melihat timbulnya sinar
fluoresensi yang berasal dari Kristal barium platinosianida dalam tabung
Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Pada tahun 1901 mendapat hadiah nobel atas
penemuan tersebut. Akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896 Dr Otto
Walkhoff (dokter gigi) dari Jerman adalah orang pertama yang menggunakan
sinar x pada foto gigi ( premolar bawah) dengan waktu penyinaran 25 menit,
selanjutnya seorang ahli fisika Walter Koenig menjadikan waktu penyinaran 9
menit dan sekarang waktu penyinaran menjadi 1/10 second (6 impulses).
William Rollins adalah orang yang mengerjakan intraoral radiograf pada tahun
1896 mengalami cedera disebabkan efek pekerjaan yaitu kulit tangannya
terbakar sehingga direkomendasikanlah pemakaian tabir/pelindung antara
tabung, pasien maupun radiographer. Korban lain dr Max Hermann Knoch orang
Belanda yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Ia bekerja tanpa
menggunakan pelindung tahun 1904 dr Knoch menderita kelainan yang cukup
berat luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Lama
kelamaan tangan kiri dan kanan jadi nekrosis dan lama diamputasi yang akhirnya
meninggal karena sudah metastase ke paru.
1.2. PERENCANAAN DAN PERSYARATAN FASILITAS BANGUNAN
RADIOLOGI
Dalam membangun dan merencanakan fasilitas ruangan penyinaran radiografi,
harus memperhatikan hal-hal yang tertera dibawah ini.
1. Lokasi bagian radiologi ditempatkan disentral yang mudah dicapai dari
poliklinik.
2. Besarnya ruangan harus sesuai dengan peralatan yang akan ditempatkan,
seperti rumah sakit tipe A,B,C dan D.
3. Proteksi radiasi peralatan Roentgen dan dinding ruangan harus dapat
dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, radiographer,
pegawai, dokter dan masyarakat umum.
S
Bab 1. Dasar-Dasar Radiologi
2
4. Alat-alat proteksi yang dipakai ahli radiologi, radiographer serta
karyawan adalah sarung tangan berlapis timah hitam dan jubah/apron
yang berlapis timah hitam setebal 0,5 mm Pb. Dinding proteksi berlapis
Pb dengan ketebalan ekivalen 2 mm Pb.
5. Luas ruangan menurut Departemen Kesehatan harus 4x3x2,8m sehingga
memudahkan memasukkan tempat tidur pasien, khusus untuk alat-lat
kedokteran gigi lebih kecil dari ukuran yang diatas dengan catatan ukuran
ruangan memudahkan pasien keluar dan masuk untuk melakukan foto
ronsen. Dinding ruangan terbuat dari bata yang dipasang melintang (artinya 1
bata ; jika dipasang memanjang dipakai 2 bata). Bata yang dipakai harus
berkualitas baik ukuran 10x20 cm. Plesteran dengan campuran semen dan
pasir tertentu, tebal minimal dengan bata adalah 25 cm. Bila memakai beton,
tebal dinding beton minimal adalah 15 cm. dinding yang dibuat harus
ekivalen dengan 2 mm Pb. Bila ada jendela boleh ditempatkan 2 m diatas
dinding atau kaca yang berlapis Pb.
6. Kamar gelap yang dipakai minimal 3x2x2,8 m dan jga dibuat bak-bak
pencucian film dengan porselen putih bagi yang menggunakan pencucian
dengan cara manual. Harus ada air yang bersih dan mengalir, kipas
angin/exhauster atau air-conditioner agar udara dalam kamar gelap selalu
bersih dan cukup nyaman bagi petugas yang bekerja di dalamnya selama
berjam-jam. Untuk masuk ke kamar gelap dapat dipakai sistem lorong yang
melingkar tanpa pintu atau sistem dua pintu untuk menjamin supaya cahaya
tidak masuk. Warna dinding kamar gelap tidak perlu hitam, sebaiknya
dipakai warna cerah, kecuali lorong lingkar ke kamar gelap dicat hitam untuk
mengabsorpsi cahaya sebanyak mungkin.
7. Ruang operator dan tempat pesawat sinar x sebaiknya dibuat terpisah atau
bila berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan
dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.
8. Pintu ruang pesawat sinar x harus diberi penahan radiasi yang cukup
sehingga terproteksi dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari tripleks
dengan tebal tertentu yang ditambah lempengan Pb setebal 1 – 1,5 mm
9. Tanda radiasi berupa lampu merah harus dipasang di atas pintu yang dapat
menyala pada saat pesawat digunakan. Tanda peringatan radiasi hendaknya
dibuat dengan ukuran yang sesuai seperti gambar berikut :
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik
3
1.3. RADIOLOGI DAN RADIOGRAFI
Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus
ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel
radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak,
menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa
contoh dari partikel radiasi adalah electron, beta, alpha, photon & neutron.
Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi
alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia
yang terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat
terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi
buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta , radiasi
sinar gamma.
1.3.1. SINAR X
Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang listrik, radio, inframerah panas, cahaya, sinar gamma , sinar kosmik
dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek.
Penggunaan sinar x adalah sesuatu yang penting untuk diagnosa gigi geligi serta
jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling banyak pada diagnostic imaging
system.
Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak pada
panjang gelombang dimana panjang gelombang pada sinar x lebih pendek
yaitu :
1 A = 1/100.000.000 cm = 10-8 cm.
Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar fekwensinya maka energi yang
berikan lebih banyak. Energi pada sinar x memberikan kemampuan untuk
penetrasi khususnya gigi, tulang dan jaringan disekitar gigi.
Efek dari radiasi elektromagnetik dalam kehidupan, bervariasi tergantung
panjang gelombang, Gelombang TV dan radio dimana berada di atsmosfir tidak
mempunyai efek pada jaringan manusia. Microwave dengan energi radiasi yang
rendah dapat menghasilkan energi panas dalam jaringan organik yang juga
bekerja pada microwave ovens. Elektromagnetik dengan energi yang sangat
rendah dapat menyebabkan ionisasi seperti yang ada pada MRI (magnetic
resonance imaging) untuk diagnostik. Kemampuan sinar x menghasilkan
gambar mengindikasikan sinar x dapat menembus kulit, jaringan dan tulang.
Bab 1. Dasar-Dasar Radiologi
4
1.3.2. SIFAT-SIFAT SINAR X
Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus, pertebaran,
penyerapan, efek fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu,
sinar x tidak dapat dilihat dengan mata, bergerak lurus yang mana
kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, tidak dapat difraksikan dengan
lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat diserap
oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat,
mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi.
a. Daya tembus
Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus
yang sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung (
besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah
berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.
b. Pertebaran
Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar
tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder
(radiasi hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu
secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka
diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.
c. Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat
atomnya makin besar penyerapannya.
d. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink
sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat
walaupun radiasi sinar x sudah dimatikan (after – glow).
e. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.
f. Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik
5
Kesimpulan, sinar x dihasilkan dengan konversi energi listrik menjadi radiasi,
tidak terlihat, penjalarannya berupa garis lurus, dapat menembus jaringan lunak
dan kerasn sertan mempunyai efek fotografis dengan menghasilkan gambar yang
dapat dilihat.
1.3.3. PEMBUATAN SINAR X
Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara di
mana terdapat elektron – elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada
suatu sasaran (target). Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan di mana
energi elektron sebagian besar di rubah menjadi panas ( 99% ) dan sebagian kecil
(1 %) menjadi sinar x.
Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa persyaratan yaiatu:
1. Mempunyai sumber electron
2. Gaya yang mempercepat gaya electron
3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
4. Alat pemusat berkas electron ( focusing cup )
5. Penghenti gerakan electron
1. Sumber Elektron
Sebagian sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katode di
dalam tabung pesawat rontgen. Pemanasan filament dilakukan dengan suatu
transformator khusus.
2. Gaya yang mempercepat gerakan elektron
Gaya tersebut bergantung pada tegangan yang dipasang pada tabung rontgen
3. Lintasan elektron yang bebas dalam hampa udara
Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara di antara katoda
dan anoda
4. Alat pemusat berkas elektron
Alat ini menyebabkan elektron – elektron tidak bergerak terpencar – pencar
tetapi terarah ke bidang focus ( focal spot )
5. Penghenti gerakan elektron
Penghentian gerakan elektron dapat dibedakan atas keeping Wolfarm yang
ada pada anoda yang diam dan piring Wolfarm di atas tangkai molybdenum
pada tabung rontgen anoda berputar. Wolfarm adalah bahan focus yang
mempunyai titik lebur tinggi mencapai 34000C dan no atom 74.
Bab 1. Dasar-Dasar Radiologi
6
1.3.4. PROSES TERJADINYA SINAR X
Proses terjadinya sinar x adalah sebagai berikut :
a. Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.0000C) sampai menyala
dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
b. Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
c. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektronelektron
gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di focusing
cup.
d. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga
terbentuk panas (99%) den sinar x (1%)
e. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga
sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
f. Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron
dihilangkan dengan radiator pendingin.
Ringkasan terjadinya sinar x
Melalui generator yang membuat aliran listrik dengan potensial tinggi,
logam pijar molybdenum memijar, pada saat tertentu logam pijar tersebut
menghasilkan awan elektron (logam pijar molybdenum disebut sebagai
filamen) pada suhu tertentu serta saat tertentu pula electron-elektron
tertarik ke anoda (anoda adalah unsur radioaktif barium platinum sianida
atau tungsten carbide). Dengan kata lain bila anoda dibombardir oleh
electron, akan timbul pancaran sinar radiasi roentgen atau sinar x, keadaan
ini terjadi di dalam tabung vakum Coolidge.
Tabung sinar x
Tabung sinar x terdiri dari tabung gelas hampa udara, elektroda positif
disebut anoda dan elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut dengan
filament, bila diberi arus beberapa mA bisa melepaskan elektron. Dengan
memberi tegangan tinggi antara anoda dan katoda maka elektron katoda
ditarik ke anoda. Arus elektron ini dikonsentrasikan dalam satu berkas
dengan bantuan sebuah silinder (focusing cup). Antikatoda menempel pada
anoda dibuat dari logam dengan titik permukaan lebih tinggi, berbentuk
cekungan seperti mangkuk. Waktu elektron dengan kecepatan tinggi di
dalam berkas tersebut menumbuk antikatoda, terjadilah sinar x. Makin
tinggi nomor atom katoda maka makin tinggi kecepatan elektron, akan
makin besar daya tembus sinar x yang terjadi. Antikatoda umumnya dibuat
dari tungsten, sebab elemen ini nomor atomnya tinggi dan titik leburnya
juga tinggi (34000C) hanya sebagian kecil energi elektron yang berubah
menjadi sinar x kurang dari 1% pada tegangan 100 kV dan sebagian besar
berubah menjadi panas waktu menumbuk antikatoda. Panas yang tinggi
pada tabung didinginkan dengan menggunakan pendingin minyak emersi /
air.
DENTAL RADIOGRAFI
Prinsip dan Teknik
7
Gambar di bawah ini menunjukkan komponen tabung sinar x dan proses
terjadinya sinar x melalui beberapa ilustrasi berikut ini:
Gambar 1-1: Komponen tabung dental sinar x
Gambar 1-2: Ilustrasi tabung sinar x, pembentukan kabut electron pada
katoda sebagai sirkuit filament. Penyinaran switch terbuka
Bab 1. Dasar-Dasar Radiologi
8
Gambar 1-3: Tabung sinar x memperlihatkan perjalanan electron
menyeberang dari katoda ke anoda (target), (high tension
circuit), dimana exposure switch aktif
Gambar 1-4: Tabung sinar x memperlihatkan produksi sinar x, electron
kecepatan tinggi menubruk target

ALAT RADIOLOGI MILIARAN RUPIAH TIDAK DI FUNGSIKAN

Alat radiologi buatan Jepang yang dibeli dua tahun lalu senilai satu miliar rupiah lebih dari uang rakyat, dan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan medis di RSUD Tamian, ternyata tak berfungsi. Kualasimpang, WASPADA Online

Alat radiologi buatan Jepang yang dibeli dua tahun lalu senilai satu miliar rupiah lebih dari uang rakyat, dan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan medis di RSUD Tamian, ternyata tak berfungsi.

Sumber Waspada menyebutkan, alat radiologi yang dibeli menggunakan anggaran yang merupakan Belanja Modal Alat Kedokteran ini dianggarkan dengan menggunakan Dana Alokasi Umum (DAU), merupakan luncuran kegiatan TA 2005. Oleh pemerintah setempat, dalam rangka menunjang diagnosa melalui radiologi, mengalakosikan dana Belanja Modal Pengadaan Alat Radiologi dalam APBD TA 2006 pada RSUD Tamiang senilai Rp1.367.900.000.

Tetapi menurut sumber yang layak dipercaya, Senin (3/12), proyek pengadaan alat tersebut yang anggarannya diduga hanya terealisasi Rp1.075.000. 000 atau 78,59% dari anggaran tersebut hingga kini terkesan mubazir, karena belum bisa digunakan, bahkan disebut-sebut pengadaan alat itu diduga sarat beraneka ragam masalah. Sehingga meski sudah dua tahun dibeli tak juga difungsikan, dan ini sangat merugikan masyarakat yang membutuhkan pelayan medis.

Sumber Waspada, Senin (3/12) mengungkapkan, pembelian alat radiologi milik RSUD Tamiang yang dilaksanakan PT. BH, awalnya berdasarkan kontrak No. 3218/SP/2005 tanggal 10 November 2005 senilai Rp1.075.000.000.00. Dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 50 hari kalender atau fisik pekerjaan paling lambat diserahkan 21 Desember 2005.

Tetapi, sambung sumber, 15 Desember 2005 pihak rekanan mengajukan permohonan perpanjangan waktu kontrak hingga 16 Maret 2006, dengan alasan penyelesaian pembuatan alat radiologi oleh pabrik di Jepang awal Februari 2006, dengan memperhitungkan proses pengiriman barang ke Indonesia, pengurusan pada Dirjen Bea dan Cukai, hingga pengiriman ke Aceh Tamiang dan instalasi serta uji coba memakan waktu 35 hari, maka pihak RSUD Tamiang menyetujui dan dibuat Addendum 1 No: 005/XII/ADD/2005 tanggal 21 Desember 2005.

Ternyata, 16 Maret 2006 pihak rekanan kembali mengajukan Permohonan Perpanjangan Waktu sesuai surat No: II/BH/PBK/III/2006, dengan alasan pihak RSUD Tamiang belum dapat menyediakan fasilitas sebagaimana syarat yang dicantumkan dalam kontrak, berupa gedung dan instalasi listrik untuk alat radiologi yang masih dalam pengerjaan. Hal ini, kembali disetujui pihak RSUD Tamiang melalui Addendum II No. 001/III/2006 tanggal 17 Maret 2006, memperpanjang jangka waktu hingga 31 Maret 2006.

Menurut sumber, diketahui telah dilakukan serah terima barang dengan surat Pengantar Barang No. 001/P/PSB/V/2006 tanggal 30 Mei 2006, dibayar lunas sesuai SPM No. 50/BT-P/2006 tanggal 28 Agustus 2006 senilai Rp1.075.000.000.00.

Sedangkan hasil pemeriksaan fisik 7 Desember 2006 oleh BPK RI bersama Pengendali Kegiatan, diketahui alat radiologi tersebut belum difungsikan sebagaimana mestinya, menunggu proses pengadaan mesin genset dan informasi dari Pengendali Kegiatan pengadaan mesin genset, baru akan diadakan pada Tahun Anggaran 2007.

Sumber juga mengungkapkan, kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pasal 3, antara lain menyatakan pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip efektif. Berarti pengadaan barang/jasa sesuai kebutuhan yang ditetapkan dan dapat memberi manfaat sebesar-besarnya sesuai sasaran.

Selain itu, pengadaan alat radiologi juga tidak sesuai ketentuan dalam surat perjanjian (kontrak) pengadaan poin 6 a, yang menyatakan pihak RSUD Tamiang wajib menyediakan fasilitas untuk melancarkan pelaksanaan pekerjaan. Seharusnya, sebelum dilakukan pengadaan peralatan radiologi, saat perencanaannya terlebih dahulu memperhatikan masalah keterbatasan fasilitas pendukung agar barang tersebut dapat dimanfaatkan, dan tidak mubazir seperti sekarang ini.

Tapi pihak Pengendali Kegiatan Pengadaan Radiologi itu berdalih, hal tersebut terjadi karena waktu pengadaan alat sangat pendek, sementara alat yang diadakan bersifat khusus sehingga membutuhkan dua kali addendum perpanjangan waktu.

Direktur RSUD Tamiang, Dr. Maryan Suhadi, M.Kes ketika dikonfirmasi Waspada, Senin (3/12), tidak berada di ruang kerjanya. Begitu juga Ka. Sub Bagian Tata Usaha RSUD Tamiang, Jabal, tidak berada di tempat. "Pak Maryan dan Jabal serta pejabat penting lainnya sudah berangkat ke Malaysia, kemungkinan mereka di sana seminggu," ujar sejumlah pegawai di RSUD Tamiang itu, kemarin.

Dikecam Anggota DPRK
Sementara anggota DPRK Aceh Tamiang dari Partai Demokrat, Elpian Raden mengecam kebijaksanaan manajemen RSUD Tamiang yang belum mampu memberi pelayanan kepada masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan medis. Buktinya, alat radiologi yang sudah sangat lama dibeli, belum difungsikan untuk masyarakat yang membutuhkan.

"Saya sangat kecewa terhadap manajemen RSUD Tamiang, alat radiologi yang sudah lama dibeli hingga kini tak berguna sama sekali," ungkap Elpian Raden kepada Waspada, Senin (3/12) sore.

Elpian Raden, yang peduli masyarakat dengan menyediakan ambulance gratis itu menyebutkan, buat apa dianggarkan kalau barang tersebut tidak bisa dimanfaatkan, habis percuma uang negara. "Jangan sampai alat yang sudah dibeli mahal-mahal itu mubazir dan menjadi barang butut." (b24) (ags)

SEJARAH RADIOLOGI

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.


Wilhelm Conrad Roentgen


Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.


Foto Tangan Istri Roentgen


Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya, terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Roentgen ialah benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah pistol dan kompas.

Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pda tahun 1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian, Marie dan Piere Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia. Tidak lama sesudah itu mereka menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak dari uranium.

Baik Roentgen yang pada tahun-tahun setelah penemuannya mengumumkan segala yang diketahuinya tentang sinar X tanpa mencari keuntungan sedikitpun, maupun Marie dan Piere Curie yang juga melakukan hal yang sama, menerima hadiah Nobel. Roentgen menerima pada tahun 1901, sedangkan Marie dan Piere Curie pada tahun 1904. Pada tahun 1911, Marie sekali lagi menerima hadiah Nobel untuk penelitiannya di bidang kimia. Hal ini merupakan kejadian satu-satunya di mana seseorang mendapat hadiah Nobel dua kali. Setelah itu, anak Marie dan Piere Curie yang bernama Irene Curie juga mendapat hadiah Nobel dibidang penelitian kimia bersama dengan suaminya, Joliot pada tahun 1931.

Sebagaimana biasanya sering terjadi pada penemuan-penemuan baru, tidak semua orang menyambutnya dengan tanggapan yang baik. Ada saja yang tidak senang, malahan menunjukkan reaksi negative secara berlebihan. Suatu surat kabar malamdi London bahkan mengatakan bahwa sinar baru itu yang memungkinkan orang dapat melihat tulang-tulang orang lain seakan-akan ditelanjangi sebagai suatu hal yang tidak sopan. Oleh karena itu, Koran tersebut menyerukan kepada semua Negara yyang beradab agar membakar semua karya Roentgen dan menghukum mati penemunya.

Suatu perusahaan lain di London mengiklankan penjualan celana dan rok yang tahan sinar-X, sedangkan di New Jersey, Amerika Serikat, diadakan suatu ketentuan hokum yang melarang pemakaian sinar-X pada kacamata opera. Untunglah suara-suara negatif ini segera hanyut dalam limpahan pujian pada penemu sinar ini, yang kemudian ternyata benar-benar merupakan suatu revolusi dalam ilmu kedokteran.

Seperti dikatakan di atas, Roentgen menemukan hampir semua sifat fisika dan kimia sinar yang diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat biologiknya. Sidat ini baru diketahui beberapa tahun kemudian sewaktu terlihat bahwa kulit bias menjadi berwarna akibat penyinaran Roentgen. Mulai saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama kelamaan yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang menjadi korban sinar ini.

Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Roentgen adalah berupa kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan sampai merontokkan rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu dapat menjelma menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.

Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar Roentgen ini. Nama-nama korban itu tercantum dalam buku yang diterbitkan pada waktu kongres Internasional Radiologi tahun 1959 di Munich: Das Ehrenbuch der Roentgenologen und Radiologen aller Nationen.

Salah seorang korban diantara korban sinar Roentgen ini ialah dr.Max Hermann Knoch, seorang Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Beliau adalah dokter tentara di Jakarta yang pertama kali menggunakan alat Roentgen maka ia bekerja tanpa menggunakan proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan. Misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota tubuh dan tangannya pun ikut terkena sinar, sehingga pada tahun 1904, dr.Knoch telah menderita kelainan-kelainan yang cukup berat, seperti luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Pada tahun 1905 beliau dikirim kembali ke Eropa untuk mengobati penyakitnya ini, namun pada tahun 1908 kembali lagi ke Indonesia dan bekerja sebagai ahli radiologi di RS.Tentara, Surabaya, sampai tahun 1917. Pada tahun 1924 ia dipindahkan ke Jakarta, dan bekerja di rumah sakit Fakultas Kedokteran sampai akhir hayatnya. Akhirnya hamper seluruh lengan kiri dan kanannya menjadi rusak oleh penyakit yang tak sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan ternyata menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai di amputasi salah satu lengannya, tetapi itupun tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pada tahun 1928, dr.Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru-parunya.

Setelah diketahui bahwa sinar Roentgen dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang dapat berlanjut sampai berupa kanker kulit bahka leukemia, maka mulailah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan tersebut. Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953 dibentuk The International Committee on Radiation Protection, yang menetapkan peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka tidak perlu khawatir akan bahaya sinar Roentgen.

Diantara petunjuk-petunjuk proteksi terhadap radiasi sinar Roentgen tersebut adalah: menjauhkan diri dari sumber sinar, menggunakan alat-alat proteksi bila harus berdekatan dengan sinar seperti sarung tangan, rok, jas, kursi fluoroskopi, berlapis timah hitam (Pb) dan mengadakan pengecekan berkala dengan memakai film-badge dan pemeriksaan darah, khususnya jumlah sel darah putih (leukosit).

Di Indonesia penggunaan sinar Roentgen cukup lama. Menurut laporan, alat Roentgen sudah digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Selanjutnya pada awal abad ke-20 ini, sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah sakit Militer dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Ahli radiologi Belanda yang bekerja pada Fakultas Kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun sebelum perang dunia ke II adalah Prof.B.J. Van der Plaats yang jugatelah memulai melakukan radioterapi disamping radiodiagnostik.

Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini adalah R.M. Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di Semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan Jepang dipindahkan ke Surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.

Pada tahun yang sama dengan penemuan sinar Roentgen, lahirlah seorang bayi di pulau Rote, NTT, yang bernama Wilhelmus Zacharias Johannes, yang dikemudian hari berkecimpung di bidang radiologi.

Pada akhir tahun dua puluhan waktu berkedudukan di kota Palembang, dr. Johannes jatuh sakit cukup berat sehingga dianggap perlu dirawat untuk waktu yang cukup lama di rumah sakit CBZ Jakarta. Penyakit yang diderita ialah nyeri pada lutut kanan yang akhirnya menjadi kaku (ankilosis). Selama berobat di CBZ Jakarta, beliau sering diperiksa dengan sinar Roentgen dan inilah saat permulaan beliau tertarik dengan radiologi. Johannes mendapat brevet ahli radiologi dari Prof. Van der Plaats pada tahun 1939. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar pertama dalam bidang radiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1946.

Pada tahun 1952 Johannes diberi tugas untuk mempelajari perkembangan-perkembangan ilmu radiologi selama beberapa bulan di Eropa. Beliau berangkat dengan kapal Oranje dari Tanjung Priok. Pada saat keberangkatan, beberapa anggota staf bagian radiologi, yaitu dr. Sjahriar Rasad, Ny. Sri Handoyo dan Aris Hutahuruk alm. turut mengantar beliau. Prof. Johannes meninggal dunia dalam melakukan tugasnya di Eropa pada bulan September 1952. selain menunjukkan gejala serangan jantung, beliau juga menderita Herpes Zoster pada matanya, suatu penyakit yang sangat berbahaya.

Dalam usaha untuk menempatkan nama beliau sebagai tokoh radiologi kaliber dunia, maka pada kongres radiologi internasional tahun 1959 di Munich, delegasi Indonesia di bawah pimpinan Prof.Sjahriar Rasad berhasil menempatkan foto beliau di antara Martyrs of Radiology yang ditempatkan di suatu ruangan khusus kongres tersebut. Tahun 1968 beliau dianugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan oleh Pemerintah, walaupun telah wafat. Dan pada tahun 1978 jenazah almarhum dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata.

Almarhum tidak saja dianggap sebagai Bapak Radiologi bagi para ahli radiologi, melainkan juga oleh semua orang yang berkecimpung dalam radiologi termasuk radiographer. Beliau juga adalah Bapak Radiologi dalam bidang pendidikan dan keorganisasian. Beliaulah yang mengambil prakarsa untuk mendirikan Sekolah Asisten Roentgen pada tahun 1952, dan beliaulah yang mulai mendirikan organisasi yang mendahului Ikatan Ahli Radiologi Indonesia (IKARI) yaitu seksi radiologi IDI pada tahun 1952.

Pada tahun 1952 segelintir ahli radiologi yang bekerja di RSUP yaitu G.A.Siwabessy, Sjahriar Rasad, dan Liem Tok Djien, mendirikan Sekolah Asisten Roentgen karena dirasakan sangat perlunya tenaga asisten Roentgen yang berpendidikan baik.

Pada tahun 1970 Sekolah Asisten Roentgen yang dahulunya menerima murid lulusan SMP ditingkatkan menjadi Akademi Penata Roentgen (APRO) yang menerima siswa lulusan SMA.

Dengan semakin banyaknya jumlah asisten Roentgen yang berpengalaman, bahkan beberapa diantaranya mendapat pendidikan tambahan di luar negeri, maka pelajaran-pelajaran di APRO sebagian besar sudah dapat diberikan oleh para asisten Roentgen dan hanya Direktur sajalah yang berpangkat ahli radiologi karena merupakan syarat bagi suatu akademi. Para ahli radiologi sangat berkepentingan dalam perkembangan dan peningkatan mutu para asisten Roentgen, yang sekarang nama resminya menjadi penata Roentgen.

ALAT MUTAKHIR UNTUK PEMINDAI OTAK
DI BIDANG KESEHATAN